Skip to main content

PERTANIAN PRESISI MEMBUTUHKAN GENERASI MILENIAL

 (oleh: Hendy Fitriandoyo, SP / Fungsional Perencana Madya, Biro Perencanaan – Kementerian Pertanian) / (Ditulis ulang dari SinarTani edisi 18-24 Januari 2023 No.3975 Tahun LIII)

Di tengah tantangan pangan global, Indonesia memiliki landasan yang baik sehingga sector pertanian menunjukkan resiliensinya dan juga selama pandemic berhasil menjadi buffer. Meskipun swasembada beras telah dicapai tentunya masih dihadapkan oleh berbagai tantangan, baik dari sisi  hulu sampai hilir, yang sesungguhnya belum mencapai potensinya secara maksimal.

Dalam kondisi perubahan, sektor pertanian seperti yang terjadi saat ini, inovasi merupakan strategi utama utuk mencapai pertumbuhan ekonomi, aspek sosial dan kelestarian lingkungan. Pada perkembangan terakhir, konsep dan metode Pertanian Presisi (Precision Agriculture) mulai banyak diwacanakan dan dikembangkan di berbagai belahan dunia.

Seperti diketahui, dalam pengembangan Pertanian Presisi membutuhkan SDM yang  menguasai teknologi, seperti peralatan elektronik dan jaringan informasi online, dimana Sebagian besar didapatkan pada generasi milenial. Generasi milenial, yang lahir antara tahunu 1980 sampai 2000, adalah generasi yang sangat mahir dalam teknologi informasi dan komunikasi.

Setidaknya terdapat 4 (empat) aspek yang dapat diperankan oleh generasi milenial dalam pengembangan pertanian presisi, antara lain sebagai generasi yang melek teknologi, generasi milenial dapat turut serta dalam upaya-upaya pengembangan sistem Pertanian Presisi berbasis teknologi untuk menjamin akurasi, presisi, keaslian dan transparansi dalam menghitung hasil panen, fitur medan/topografi, kandungan bahan organik, tingkat kelembaban, kadar nitrogen dan lainnya. Termasuk untuk produktivitas hasil pertanian sehingga memiliki daya saing tinggi serta mampu mengupayakan suplai pangan secara sustainable dalam jangka panjang. Memberikan mereka peranan terhadap pengembangan sisi hulu dan hilir pertanian, seperti pengembangan proses penjualan atau memasok produk pangan pertanian melalui e-commerce. Dengan kemudaqhan akses terhadap teknologi informasi, generasi milenial memiliki potensi untuk membangun jejaring, serta menghubungkan pemasok-petani-pelanggan secara digital, seperti penggunaan platform e-commerce.

Dengan memiliki Pendidikan dan keterampilan dalam memahami teknologi informasi, generasi milenial yang memilih untuk tinggal di pedesaan juga dapat berperan serta dalam pengembangan dan manajemen kelembagaan ekonomi pertanian perdesaan berbasis korporasi, baik itu berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Commandiataire Vennootschap (CV), ataupun koperasi. Sehingga nantinya dapat membantu petani atau kelompok tani untuk dapat mengakses pengembangan pembiayaan pertanian, penyediaan sarana produksi, penyediaan alat dan mesin pertanian, juga mengembangkan bisnis yang lebih menguntungkan para petani.

Tentu untuk menjadi petani muda yang sukses mesti harus sabar dan tekun, bukan hanya soal keterampilan, melainkan kemampuan untuk sabar dalam mendapatkan pencapaian, perlu adanya proses berkesinambungan dan kegagalan pasti akan dilewati. Oleh karenanya, pemerintah (Kementan) harus memberikan jaminan bahwa tidak ada generasi milenial, baik jaminan peningkatan margin, mobilisasi efisiensi produksi, dan produksi komoditas berorientasi ekspor.

Selain itu perlu juga dibentuknya program penyuluhan yang progresif yang didukung oleh tenaga mentor. Peran mentor pertanian juga menyangkut sisi pengetahuan psikologi, karena mentor yang memiliki pengetahuan psikologi pasti mempunyai daya persuasive terhadap generasi milenial di perdesaan untuk menghadapi persaingan global. Dengan adanya penyuluh pertanian ini, dapat mentransfer pengetahuan, motivasi dan kebanggaan akan profesi petani kaum melenial, yakni menumbuhkan energi positif tinggi apabila dalam melaksanakan tugas-tugas profesinya dia tampak memiliki keunggulan kompetisi dan kepercayaan diri atas profesi sebagai petani milenial.

Oleh karenanya, mari kita terus dorong dan support generasi milenial untuk dapat terlibat dalam Pertanian Presisi ini agar pertanian Indonesia semakin maju, dan produksi pertanian kita dapat meningkat dengan baik. Jadi tidaklah salah, kalua masa depan pertanian ada di Pundak kaum muda milenial. 

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Bagaimana Mendapatkan data geografi?

Jawabannya adalah data geografi dapat diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada jenis data yang dibutuhkan dan tujuan Anda. (Menurut saya, Analisis seseorang bisa dibilang semakin kuat, apabila data/informasi yang didapatkan akurat & lengkap dan dapat menganalisisnya sesuai dengan tujuan, dan akan lebih baik lagi dengan berbagai sudut pandang) Pada umumnya, terbagi data primer dan data sekunder, antara lain: 1. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung (ke lapangan), biasanya untuk validasi atau kroscek data sekunder. 2. a. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak kedua, dst. Perlu dikroscek.  2.b. Menurut hemat saya, data geografi pun dapat diperoleh melalui mix sekunder maupun primer. Beberapa penyedia data antara lain: Pemerintah : Banyak pemerintah memiliki badan atau lembaga yang mengumpulkan, mengelola, dan menyediakan data geografi. Misalnya, di banyak negara, badan survei atau badan statistik nasional biasanya menyediakan data geospa...

"The Influence of PT Natarang Mining's Gold Mining Activities on Population Livelihood Patterns"

"The Influence of PT Natarang Mining's Gold Mining Activities on Population Livelihood Patterns"   By: LHR Kautsar   Indonesia is threatened! The country of the world's lungs has now turned into the fastest destructive country in the world! That's what the Guinness Book of Records revealed. Based on forest cover mapping by the Indonesian government assisted by the World Bank (2000), there was an increase in the rate of deforestation from 1.7 million Ha/year (1985-1997), to 2.83 Ha/year (1997-2000), continuing to 15.15 million Ha/year (2000-2009). This change in forest "cover" is caused by human activity. Starting from illegal logging, land clearing due to the emergence of industry, forest conversion to agriculture, plantations to land clearing or conversion of forests for the mining industry. Yes, almost all mines in Indonesia cut down forests to set up mining businesses, and this then has an impact on the environment. It is fate that eve...

Sekilas Pertanian Presisi di Kanada dan Amerika Serikat (US) yang Bagaikan Science-Fiction!

Source from: https://earthobservatory.nasa.gov/features/PrecisionFarming   Imagine you are a farmer riding along in your 50,000-acre wheat field early in the growing season. You push a button on your tractor to turn on its Global Positioning System (GPS) monitor, which pinpoints your exact location to within one meter. Touching another button, you display a series of Geographical Information System (GIS) maps that show where the soil in your field is moist, where the soil eroded over the winter, and where there are factors within the soil that limit crop growth. Next, you upload remote sensing data, collected just yesterday, that shows where your budding new crop is already thriving and areas where it isn’t. You hit SEND to upload these data into an onboard machine that automatically regulates the application of fertilizer and pesticides—just the right amount and exactly where the chemicals are needed. You sit back and enjoy the ride, saving money as the machines do most of ...