Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2023

Dilema Pola Tata Ruang Berisiko

 Mgkn saja kitalah yg blm mggunakn "moccasins" nya masy. Br2 ini terbit newspaper dengan berita terkait Tata Ruang yg berisiko akibat mbangun di sekitar DAS. Kadangkala saya pun btanya2 yg kini diantara "dualisme (saya ini rakyat ataukah pemerintah)". Alasan mbangun d wlyh rawan bencana, knp tdk mau direlokasi, dsb. Menarik garis pd kbebasan tanah menjadi hak milik perseorangan dan harga2 yg melambung dipermainkan swasta, yg entah ingin cepat kaya ataukah krn efek domino inflasi pendidikan 20%, atau semakin mahalnya biaya hidup atau life style? Kenyataannya sbgmnpun berusaha mencegah victims akibat pmbangunn d daerah rawan  adapula pihak2 yg tdk memahami dan menoreh luka shg demikianlah dibangun. Pola2 berlanjut dg harga tak tjangkau shg keterpaksaan mbawa masy tinggal ditempat yg tak semestinya ditinggali. Ada apa kota? Ataukah desa? Bgmn jg dg nasib hutan yg diluluhlantakkan sesuap demi sesuap? Tak nyamannya berdikari bagaikan nyaman sndr, sbnrnya pun remuk hati i

Peta Tematik Tanah dan Klasifikasi Kemampuan Lahan di United Emirates Arab (UAE)

Judul Asli: “Soil Thematic Map and Land Capability Classification of Dubai Emirates” oleh Hussein Harahsheh, Mohamed Mashroom, Yousef Marzouqi, Eman Al Khatib, B.R.M. Rao, dan M.A. Fyzee (Penerbit Springer 2013 , diterjemahkan dari buku asli “Developments in Soil Classification, Land Use Planning and Policy Implications”) ABSTRAK Tanah di Dubai dipetakan menggunakan penginderaan jauh berupa data satelit (IRS-P6 LISS IV) pada skala 1:25.000 dan diklasifikasikan menjadi seri tanah bertingkat, dan diasosiasikan sebagai Kunci Taksonomi Tanah USDA-NRCS. Dari jumlah 26 seri yanah yang telah diidentifikasi di UAE, ada 13 teridentifikasi di area Hatta. Secara umum tanah bertekstur kasar, berpasir, tinggi zat kapur (calcareous) dan paling tidak berkembang. Di area pantai dan area dataran rendah dan depresi, tanah tinggi salin (mengandung garam); di pedalaman, tanah mengandung salin maupun sodic ( tanah yang mengandung ion natrium berlebih ) . Karakteristik area Hatta adalah berpengunungan

PERTANIAN PRESISI MEMBUTUHKAN GENERASI MILENIAL

 (oleh: Hendy Fitriandoyo, SP / Fungsional Perencana Madya, Biro Perencanaan – Kementerian Pertanian) / (Ditulis ulang dari SinarTani edisi 18-24 Januari 2023 No.3975 Tahun LIII) Di tengah tantangan pangan global, Indonesia memiliki landasan yang baik sehingga sector pertanian menunjukkan resiliensinya dan juga selama pandemic berhasil menjadi buffer. Meskipun swasembada beras telah dicapai tentunya masih dihadapkan oleh berbagai tantangan, baik dari sisi   hulu sampai hilir, yang sesungguhnya belum mencapai potensinya secara maksimal. Dalam kondisi perubahan, sektor pertanian seperti yang terjadi saat ini, inovasi merupakan strategi utama utuk mencapai pertumbuhan ekonomi, aspek sosial dan kelestarian lingkungan. Pada perkembangan terakhir, konsep dan metode Pertanian Presisi (Precision Agriculture) mulai banyak diwacanakan dan dikembangkan di berbagai belahan dunia. Seperti diketahui, dalam pengembangan Pertanian Presisi membutuhkan SDM yang   menguasai teknologi, seperti peral

Pertanian Presisi dan SIG

Apa itu Pertanian presisi? Secara prinsip, pertanian tersebut mempertimbangkan hasil dari optimalisasi pengolahan data dan informasi dari berbagai input data maupun teknologi, yang mana juga memasukkan input guna menghargai lingkungan. Dalam mencapai pertanian presisi dapat dipergunakan teknologi-teknologi canggih untuk memperkaya input, seperti foto udara, citra satelit, hasil perekaman drone atau sensor, bahkan kecerdasan buatan. Namun, walaupun terlihat rumit dari sisi pengolahan data, disederhanakan hasilnya untuk keperluan petani.   Menariknya, sepertinya bisa dikembangkan lebih jauh dengan bantuan Sistem Informasi Geografi (SIG) tetapi memerlukan data-data yang lebih banyak dan tentu saja, akurat. Data tersebut sebagai berikut.   1.    Data cuaca setempat & iklim (suhu, curah hujan, arah angin/windrose, dsb, kelembaban) 2.    Data kondisi tanah 3.    Data sumber air untuk pengairan/irigasi 4.    Data potensi hama dan penyakit tanaman, termasuk organisme pengganggu tanaman (OP

Catatan Tata Ruang USA / Amerika Serikat

Beberapa catatan PERENCANAAN TATA RUANG dari Pengantar Perencanaan Kota (Desain dan Perencanaan Kota) edisi 5, Jilid 1, oleh Arthur B. Gallion, FAIA; Simon Eisner, APA, AICP   1. Pengalaman penduduk asli memperlihatkan bahwa tanah-tanah tertentu cocok untuk (1) menanam biji-bijian; (2)tanah untuk penggembalaan ternak; (3)tanah tidak produktif. 2. Para penguasa tidak memerlukan waktu lama untuk menyadari bahwa kaitan antartata guna tanah sangatlah penting. Misalnya, tempat/rumah potong hewan, tidak tepat pada sisi arah datangnya angin dari istana. 3. Di kota-kota kuno, penduduk dikendalikan rumah tinggalnya. Para pekerja hanya boleh tinggal di luar tembok benteng, dan dipanggil apabila diperlukan untuk kepentingan para penguasa. 4. Kelompok minoritas dibatasi pada Kawasan tertentu—selalu kawasan kumuh, sangat padat dan pusat kemiskinan—apabila penyakit menyerang penduduk Kawasan ini paling menderita. 5. Contoh Tindakan zoning pertama di USA: Pemisahan gudang mesiu dari pus

BENANG MERAH UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN

  BENANG MERAH UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN Oleh: Lady Hafidaty Rahma Kautsar   Adanya 17 tujuan dan 169 target dalam pembangunan keberlanjutan terlihat menjadi suatu hal yang kompleks dalam agenda pembangunan suatu negara. Kesepakatan dalam naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Dunia yang lebih baik dalam Sustanainable Development Goals (SDGs) merupakan hal ideal, tetapi praktek kehidupan nyatanya hampir tidak seutuhnya terpenuhi. Analisa benang merah yang dapat ditarik dari SDGs tidak lain ialah “hubungan timbal-balik antara manusia dengan pemenuhan kebutuhannya yang diperoleh dari alam”. Artinya sumberdaya manusia dan sumberdaya alam.   SDGs berarti “keberlanjutan untuk generasi mendatang”, suatu proses terus-menerus yang akan terjadi “bijak” dalam mengelola sumberdaya manusia (SDM) dan sumberdaya alamnya (SDA). Keberadaan variasi karakteristik SDA dan SDM antar negara   menyebabkan perbedaan durasi pembangunan yang berkelanjutan.   Campurtangan manusia di suatu w