Skip to main content

Bagaimana China Mempergunakan Buah untuk Menghukum Taiwan: SUATU CATATAN GEOPOLITIK DAN GEOGRAFI PERTANIAN

Tulisan ini merupakan terjemahan bahasa Indonesia yang bersumber dari youtube Vox ( https://www.youtube.com/watch?v=eFdMUPTM_9Y )

 

Jadi, bagaimana buah yang tidak berdosa "tertangkap" di tengah-tengah semua hal ini?

Hubungan yang rumit antara Cina dan Taiwan berlangsung dari tahun 1940-an. Pada masa itu, Cina ditengah-tengah perang sipil antara nasionalis dan komunis. Saat komunis menang, mereka mendirikan PRC (People's Republic of China) di pulau utama. Nasionalis melarikan diri ke Taiwan dan disebut Republic of China (RRC). Mereka mendeklarasikan dirinya penguasa Cina yang sah.

Sebuah klaim yang kini hanya di pulau utama yang benar-benar ditegakkan. Taiwan tidaklah secara resmi dikenal sebagai sebuah negara yang mandiri. Namun telah berkembang menjadi negara demokrasi pemerintahannya sendiri, dengan konstitusi, legislatif dan presiden.

Sejak perang sipil selesai, partai Kuumintang Taiwan (KMT) telah menjadi kekuatan pada sebagian besar waktu. Dan pada saat menjaga kedaulatan mereka pun tumbuh semakin dekat dengan Cina. Namun, pada 2014, banyak yang merasa bahwa mereka telah terlalu dekat. Mereka melewati Pakta Perdagangan yang mana membuka industri orang Taiwan untuk investasi orang Cina (yang dinamakan "The Cross-Strait Agreement on Trade in Services"). Dan banyak ratusan pengunjukrasa menyerang pemerintah. "Tinjau lagi Pakta Perdangangan! Review lagi Pakta Perdagangan!" Ya, pengunjukrasa takut bahwa Pakta Perdagangan ini dapat merugikan ekonomi Taiwan dan meninggalkan kerentanan terhadap tekanan dari Cina. Segera sesudah itu, Partai oposisi Taiwan dipilih menjadi kekuatan untuk hanya kedua kalinya sepanjang sejarah pulau.

Dan presiden yang baru, Tsai Ing-Wen, melanjutkan melawan Cina. Berikut pidatonya: "Kita tidak akan menerima otoritas/penguasa Beijing mempergunakan '1 negara, 2 sistem' untuk merendahkan Taiwan, dan merusak status quo cross-strait (Pakta Perdagangan)". 

“Selama 5 tahun, dan hubungan cross-strait (Pakta Perdagangan) dalam diam." Chiao Chun, penulis Buah dan Politik.

Sebaliknya, Cina malah mengintensifkan tekanan kampanyenya untuk menggabungkan Taiwan (demokrat) dengan pulau utama (komunis). "Agar dapat menyelesaikan unifikasi/penyatuan dari tanah air dan harus dipenuhi," (pernyataan Cina). Serangan militer meningkat tajam. Cina mengirim ratusan jet tempur pada ruang udara orang-orang Taiwan. Dan Cina telah melakukan latihan militer yang dirancang untuk mengintimidasi. Cina juga memaksa negara lain dan organisasi dunia untuk secara resmi mengakui Taiwan. Sebagian besar kampanye tekanan China datang untuk mengisolasi Taiwan dari seluruh dunia. Namun dengan buah tropis ini, China melakukan sesuatu yang berbeda. Ini menekan Taiwan dari dalam. Dan itu sebagian karena mereka menawarkan insentif, seperti menurunkan semua tarif untuk buah-buahan Taiwan ini.

Di permukaan tampak seperti "pertukaran", tetapi pada kenyataannya itu adalah cara untuk memenangkan hati orang Taiwan. Ini strategi top-down yang komprehensif, membungkusnya. Pertanian Taiwan, petani dan produk pertanian seperti jaring.

Dan jaring ini dengan mudah menjaring para petani.

Seperti Hsieh yang berganti menanam Atemoyas (buah) secara esklusif 7 tahun lalu. “Volume ekspor meningkat secara secara dramatis. Sehingga kami mengambil keuntungan dari tren dan mengganti semua ke buah Atemoya.”

Ada begitu banyak uang yang bisa dihasilkan dari penjualan ke Cina, sehingga banyak petani di wilayah itu juga beralih ke buah Atemoya, dan produksinya meningkat tiga kali lipat. Ini memberikan pekerjaan dan ekonomi yang lebih berkelanjutan. Tapi, ada tangkapan (kecolongan). Karena semua insentif yang ditawarkan China kepada Taiwan, sejumlah besar petani bergantung pada China untuk mencari nafkah. Dan ini menciptakan ketergantungan yang berbahaya. Karena memungkinkan China untuk mengganggu arus perdagangan dengan mengatakan, larangan buah. Itulah yang merugikan petani-petani buah di Taiwan—yang bisa mendorong mereka untuk menyalahkan pemerintah atas memburuknya hubungan dengan China.

Motivasi di balik larangan China adalah politik dan pemilu. Ambisi China untuk Taiwan selalu unifikasi. Ketika mereka memiliki kesabaran, mereka mungkin memberi Anda manfaat kecil, berharap kesan Anda tentang mereka perlahan-lahan berubah menjadi positif. Ketika mereka kehilangan kesabaran, mereka mungkin menciptakan ancaman psikologis. Seperti yang mereka lakukan sekarang.

Dan sementara ancaman itu mungkin ditujukan kepada pemerintah Taiwan. Petani seperti Hsieh, yang paling merasakan dampaknya. Sejak larangan itu, pendapatannya turun lebih dari 50%. "Kita perlu saling membantu menjual buah tanpa kehilangan uang. Inilah yang harus kita kerjakan dengan keras sekarang." kata Hsieh. Buah atemoyas adalah target terbaru, tetapi bukan satu-satunya. China juga melarang apel lilin. Dan awal 2021, nanas juga. Sama seperti buah atemoyays, China mengklaim nanas memiliki hama.

"Saya sangat khawatir dan takut ketika mendengar tentang larangan itu, karena saya sudah menginvestasikan begitu banyak uang dan tenaga. Saya takut,” ucap petani.

Nanas merupakan buah paling populer yang diekspor ke Cina. Terhitung sejumlah 60 juta US dollar. Sehingga petani nanas terjebak dalam siklus ketergantungan yang sama. Namun, kini Taiwan melakukan hal yang berbeda. Mereka melaunching kampanye, dan menjadi viral.

Para pemimpin dan diplomat dunia berpose dengan nanas Taiwan. Dan Jepang dan Hongkong menggantikan Cina sebagai importir nanas terbesar Taiwan. Di dalam negeri, warga membeli ekspor nanas selama setahun penuh dalam 4 hari. Restoran di seluruh pulau menambahkan nanas ke semuanya, dan itu membantu.

Tetapi ketergantungan pada China sangat dalam. Cina bukan hanya pasar yang besar, tetapi juga sangat menguntungkan. "Sejujurnya, saluran penjualan itu jauh dari sebanding. Di tempat lain, biaya naik 20-30%. Anda tidak dapat menghasilkan banyak uang jika tidak mengekspor ke China. Ini kerugian bagi kami para petani."

Itu karena jika Taiwan tidak menjual buah ke China, satu-satunya pilihan mereka adalah pergi ke utara ke Jepang dan Korea Selatan. Untuk Asia Tenggara (Thailand, Kamboja, Vietnam, FIlipina), buah-buahan tropis jauh lebih murah. Jarak yang lebih jauh juga rumit untuk buah segar yang membutuhkan suhu dingin dan kondisi penyimpanan khusus. Di dalam negeri, pemerintah Taiwan telah menawarkan bantuan keuangan. Tapi sebagian besar ke eksportir dan bukan petani kecil.

"Pemerintah ingin menggenjot penjualan dengan mensubsidi eksportir. Tapi kami petani belum diuntungkan dan kami tidak senang" kata petani.

"Jika Anda melihatnya dari perspektif strategis, musuh kita mengambil kelemahan kita. Krisis telah memaksa petani, produsen dan eksportir untuk meninjau kembali masalah ini. Mereka seharusnya melakukan ini ketika ketergantungan pada pasar Cina sangat tinggi. Tapi lebih baik sekarang daripada tidak sama sekali."

Jadi, alih-alih mencoba menggantikan pasar yang mengakar yang diciptakan China, beberapa petani mulai mengganti tanaman mereka.

“Kami mengurangi produksi. Sekarang saya menanam kurang 50%  daripada sebelumnya. Saya juga mulai menginvestasikan pisang dan talas.”

"Jadi, alih-alih mencoba menggantikan pasar yang mengakar yang diciptakan China, beberapa petani mulai mengganti tanaman mereka." kata petani.

"Kami tidak menutup kemungkinan (mengganti tanaman kami). Kami harus memikirkan penyesuaian setelah panen ini."

Karena selama petani Taiwan terjebak di tengah pertarungan geopolitik ini, penghidupan mereka akan selalu terancam.

Comments

Popular posts from this blog

Bagaimana Mendapatkan data geografi?

Jawabannya adalah data geografi dapat diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada jenis data yang dibutuhkan dan tujuan Anda. (Menurut saya, Analisis seseorang bisa dibilang semakin kuat, apabila data/informasi yang didapatkan akurat & lengkap dan dapat menganalisisnya sesuai dengan tujuan, dan akan lebih baik lagi dengan berbagai sudut pandang) Pada umumnya, terbagi data primer dan data sekunder, antara lain: 1. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung (ke lapangan), biasanya untuk validasi atau kroscek data sekunder. 2. a. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak kedua, dst. Perlu dikroscek.  2.b. Menurut hemat saya, data geografi pun dapat diperoleh melalui mix sekunder maupun primer. Beberapa penyedia data antara lain: Pemerintah : Banyak pemerintah memiliki badan atau lembaga yang mengumpulkan, mengelola, dan menyediakan data geografi. Misalnya, di banyak negara, badan survei atau badan statistik nasional biasanya menyediakan data geospa...

"The Influence of PT Natarang Mining's Gold Mining Activities on Population Livelihood Patterns"

"The Influence of PT Natarang Mining's Gold Mining Activities on Population Livelihood Patterns"   By: LHR Kautsar   Indonesia is threatened! The country of the world's lungs has now turned into the fastest destructive country in the world! That's what the Guinness Book of Records revealed. Based on forest cover mapping by the Indonesian government assisted by the World Bank (2000), there was an increase in the rate of deforestation from 1.7 million Ha/year (1985-1997), to 2.83 Ha/year (1997-2000), continuing to 15.15 million Ha/year (2000-2009). This change in forest "cover" is caused by human activity. Starting from illegal logging, land clearing due to the emergence of industry, forest conversion to agriculture, plantations to land clearing or conversion of forests for the mining industry. Yes, almost all mines in Indonesia cut down forests to set up mining businesses, and this then has an impact on the environment. It is fate that eve...

Sekilas Pertanian Presisi di Kanada dan Amerika Serikat (US) yang Bagaikan Science-Fiction!

Source from: https://earthobservatory.nasa.gov/features/PrecisionFarming   Imagine you are a farmer riding along in your 50,000-acre wheat field early in the growing season. You push a button on your tractor to turn on its Global Positioning System (GPS) monitor, which pinpoints your exact location to within one meter. Touching another button, you display a series of Geographical Information System (GIS) maps that show where the soil in your field is moist, where the soil eroded over the winter, and where there are factors within the soil that limit crop growth. Next, you upload remote sensing data, collected just yesterday, that shows where your budding new crop is already thriving and areas where it isn’t. You hit SEND to upload these data into an onboard machine that automatically regulates the application of fertilizer and pesticides—just the right amount and exactly where the chemicals are needed. You sit back and enjoy the ride, saving money as the machines do most of ...