Skip to main content

Strategi Komunikasi Kampanye dengan Dana Minimal

( Penghematan Kampanye Besar-Besaran )
Oleh: Lady Hafidaty R. K.

“Komunikasi bekerja bagi mereka yang mengusahakannya” (John Powel). Seperti yang kita ketahui bersama bahwa seringkali kampanye pemilihan para pemimpin di Indonesia diusahakan dengan media komunikasi melalui brosur, pamflet, spanduk, baliho, poster. Namun, media komunikasi tersebut memerlukan biaya pencetakan yang cukup besar, mengurangi estetika jalan, bahkan seringkali kurang efektif. Jika berbicara masalah biaya, maka kembali pada prinsip ilmu ekonomi yaitu efektif dan efisien. Efektif artinya dapat membawa hasil yang optimal; dan efisien artinya tepat, yakni tidak membuang waktu, tenaga dan biaya.

Mari kita telaah secara spasial mengenai media komunikasi yang ada saat ini. Negara kepulauan Indonesia tersebar dari Sabang sampai Marauke (6 °LU-11°LS dan diantara 95°BT-141°BT) memiliki karakteristik geografi yang beranekaragam, sehingga masyarakat yang tinggal di dalamnya pun juga beranekaragam budaya dan memiliki bahasa daerah yang berbeda-beda.

Jika dahulu media komunikasi tradisional adalah surat kabar, telegram dan radio, sejak tahun 90an marak dipergunakan handphone, televisi dan kemudian internet. Secara spasial, umumnya handphone, radio dan TV sudah merambah hingga pelosok-pelosok nusantara. Sedangkan internet, penggunaannya di daerah pelosok masih belum sesering penggunaan radio dan televisi. Meskipun demikian internet pun tidak bisa diremehkan di Indonesia karena pada tahun 2015 ini pengguna internet Indonesia mencapai 88,1 juta dari 252 juta jiwa penduduk (APJII  bekerja sama Puskakom UI , dan BPS  2014).

Jika menganalisis dari berita-berita nusantara yang disiarkan dibandingkan dengan radio, televisi pada tahun 90an hingga sekarang telah merajai. Dilihat dari iklan yang disebarkan melalui media, Data Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia menyebutkan, televisi menyerap 61,1% kue iklan nasional, sedangkan surat kabar hanya 25,9%, radio 5,3%, majalah 4,2%, outdoor 2,2%, dan tabloid 1,3%. Artinya televisi lebih efektif untuk iklan dibandingkan radio. Meskipun demikian, janganlah kita lupakan bahwa melalui radio pula, kemerdekaan bangsa ini dikumandangkan ke penjuru tanah air. Ada beberapa tempat di pelosok tanah air yang tidak menggunakan listrik, tetapi untuk media komunikasi dipergunakan radio.
Artinya apabila dikerucutkan media utama yang efektif sekarang secara berurut ialah televisi, internet dan radio. Strategi untuk menyebarluaskan kampanye tentu ketiga media tersebut, tentunya dibantu sedikit oleh penggunaan handphone. Berikut ini strategi kampanye:

Pertama, menyebarkan via sms mengenai siapa calon-calon pemimpin, beserta visi-misinya. Kemudian info lebih lanjut dapat dilihat pada televisi, radio dan internet pada waktu yang telah ditentukan.

Kedua, kemudian media televisi nasional dan swasta serta radio televisi nasional dan swasta berkolaborasi untuk menyebarkan video kampanye yang telah dikemas secara menarik pada hari yang ditentukan pada waktu bersamaan. Hari-hari ditayangkannya kampanye di radio dan televisi haruslah memanfaatkan peluang waktu yang mana masyarakat Indonesia ada di rumahnya masing-masing, misalnya hari Sabtu atau Minggu, dengan menyesuaikan waktu aktifitas sesuai masyarakat setempat. Ulangan video dapat dilihat kembali di media internet, misalnya melalui website portal nasional Republik Indonesia dan twitter.

Apabila dihitung, media televisi, radio dan internet akan mengurangi biaya transportasi yang amat besar untuk berkampanye ke daerah-daerah untuk brosur, spanduk, kaos dan lain sebagainya (ingat, ini konteks seluruh penjuru tanah air yang luasnya mencapai 1.919.000 km2 dengan berbagai alat transportasi).  Efisiensi dan efektifitas penggunaan televisi, radio dan internet ini akan mengurangi anggaran negara yang tidak sedikit tersalurkan pada kampanye lebih dari tiga partai (multipartai).

Perlu digarisbawahi cara ini efektif apabila masyarakat Indonesia secara menyeluruh memahami bahasa Indonesia, mengingat di Indonesia memiliki lebih dari 749 bahasa di daerahnya masing-masing. Namun, ini dapat ditanggulangi hanya apabila media televisi dan radio menyesuaikan dengan bahasa daerahnya masing-masing, misalnya jika media televisi diberikan subtitle bahasa daerahnya (atau didubbing) dan radio dilakukan penyiaran kampanye dengan bahasa daerahnya. [Lady]

Comments

Popular posts from this blog

Bagaimana Mendapatkan data geografi?

Jawabannya adalah data geografi dapat diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada jenis data yang dibutuhkan dan tujuan Anda. (Menurut saya, Analisis seseorang bisa dibilang semakin kuat, apabila data/informasi yang didapatkan akurat & lengkap dan dapat menganalisisnya sesuai dengan tujuan, dan akan lebih baik lagi dengan berbagai sudut pandang) Pada umumnya, terbagi data primer dan data sekunder, antara lain: 1. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung (ke lapangan), biasanya untuk validasi atau kroscek data sekunder. 2. a. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak kedua, dst. Perlu dikroscek.  2.b. Menurut hemat saya, data geografi pun dapat diperoleh melalui mix sekunder maupun primer. Beberapa penyedia data antara lain: Pemerintah : Banyak pemerintah memiliki badan atau lembaga yang mengumpulkan, mengelola, dan menyediakan data geografi. Misalnya, di banyak negara, badan survei atau badan statistik nasional biasanya menyediakan data geospa...

"The Influence of PT Natarang Mining's Gold Mining Activities on Population Livelihood Patterns"

"The Influence of PT Natarang Mining's Gold Mining Activities on Population Livelihood Patterns"   By: LHR Kautsar   Indonesia is threatened! The country of the world's lungs has now turned into the fastest destructive country in the world! That's what the Guinness Book of Records revealed. Based on forest cover mapping by the Indonesian government assisted by the World Bank (2000), there was an increase in the rate of deforestation from 1.7 million Ha/year (1985-1997), to 2.83 Ha/year (1997-2000), continuing to 15.15 million Ha/year (2000-2009). This change in forest "cover" is caused by human activity. Starting from illegal logging, land clearing due to the emergence of industry, forest conversion to agriculture, plantations to land clearing or conversion of forests for the mining industry. Yes, almost all mines in Indonesia cut down forests to set up mining businesses, and this then has an impact on the environment. It is fate that eve...

Sekilas Pertanian Presisi di Kanada dan Amerika Serikat (US) yang Bagaikan Science-Fiction!

Source from: https://earthobservatory.nasa.gov/features/PrecisionFarming   Imagine you are a farmer riding along in your 50,000-acre wheat field early in the growing season. You push a button on your tractor to turn on its Global Positioning System (GPS) monitor, which pinpoints your exact location to within one meter. Touching another button, you display a series of Geographical Information System (GIS) maps that show where the soil in your field is moist, where the soil eroded over the winter, and where there are factors within the soil that limit crop growth. Next, you upload remote sensing data, collected just yesterday, that shows where your budding new crop is already thriving and areas where it isn’t. You hit SEND to upload these data into an onboard machine that automatically regulates the application of fertilizer and pesticides—just the right amount and exactly where the chemicals are needed. You sit back and enjoy the ride, saving money as the machines do most of ...