Skip to main content

“Rumah” Bagi Sang Badak melalui Pemetaan Wilayah Kesesuaian

Tulisan ini pernah dimuat pada Vivanews.

 “Rumah” Bagi Sang Badak melalui Pemetaan Wilayah Kesesuaian 

Oleh: LHR Kautsar


Jika ditanya, tempat yang nyaman untuk suatu binatang? Tentu saja, jawabannya adalah di habitat atau lingkungan asli binatang itu sendiri yang belum diintervensi. Begitu pula dengan badak. Namun seperti apa habitat yang dibutuhkan badak masa kini, dengan semakin tajamnya intervensi dari habitat kaum kita (manusia)?

Intervensi yang dimaksud disini adalah campur tangan manusia yang merusak habitat badak, misalnya perburuan atau pembangunan. Perburuan dilakukan untuk mengambil keuntungan dari badak yakni culanya. Ada beberapa alasan berburu, yakni sebagai profesi (memenuhi kebutuhan ekonomi) dan hobi (bersenang-senang). Perburuan dapat dicegah apabila pemburu beralih profesi atau hobi tersebut dilarang oleh pemerintah. Sedangkan pembangunan—seperti yang telah kita ketahui bersama—berbanding terbalik dengan lingkungan. Artinya setiap ada pembangunan, menuai degradasi lingkungan dalam kadar tertentu. Degradasi lingkungan merusak habitat asli, terutama ketersediaan makanan dan air. Pembangunan misalnya dalam bentuk pembukaan lahan hutan menjadi perkebunan.

Tidak mudah rasanya menemukan tempat yang tidak diintervensi manusia, terutama di daerah tropis seperti Indonesia. Untuk memberikan kenyamanan bagi sang badak, perlu adanya syarat-syarat habitat atau “rumah” bagi sang badak. Dalam tulisan ini dibatasi badak di Indonesia saja. 

Berdasarkan wilayahnya, ada dua badak di Indonesia, yakni Sumatera (badak bercula satu) dan Jawa (badak bercula dua). Keduanya memiliki karakteristik wilayahnya sendiri-sendiri. Secara umum, habitat badak merupakan di hutan hujan dataran rendah dan rawa-rawa (tropical rainforest dan mountain moss forest), beberapa dijumpai pada ketinggian 1000 m dari permukaan laut.

Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) memiliki habitat meliputi rawa dataran rendah hingga hutan perbukitan meskipun umumnya binatang langka ini menyukai hutan bervegetasi lebat, di antaranya wilayah Gunung Kerinci Seblat (250-500 ekor), Gunung Leuser (130-250 ekor) dan Bukit Barisan Selatan (25-60 ekor). Sebagian yang lainnya tidak diketahui jumlahnya terdapat di wilayah Gunung Patah, Gunung Abong-Abong, Lesten-Lokop, Torgamba dan Berbak, termasuk badak yang berada di kawasan Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur. Makanan utama badak sumatera meliputi buah (terutama mangga liar dan fikus), dedaunan, ranting-ranting kecil, dan kulit kayu.

Badak Jawa (Rhinocerus sondaicus) hidup di rimba hutan dataran rendah, rumput tinggi dan area tidur alang-alang dengan banyak sungai, dataran banjir besar atau tempat basah dengan banyak kubangan lumpur. Kini badak Jawa hidup di Taman Nasional Ujung Kulon. Badak Jawa termasuk hewan herbivora, makanan utamanya hijauan berupa pucuk atau tunas tanaman. Beberapa jenis tanaman yang digemari satwa ini antara lain kedondong hutan (Spondias pinnata), segel (Dillenia excelsa), sulangkar (Leea sambucina) dan tepus (Amomum spp.). Ketersediaan tumbuhan ini cukup banyak di Taman Nasional Ujung Kulon. Belakangan diketahui juga memakan jenis tumbuhan bangban (Donax cannaeformis) yang sebelumnya tidak pernah tercatat sebagai pakan badak. Selain itu, badak pun mengkonsumsi garam mineral yang terkandung dalam tanah atau pun air.

Meskipun kini badak Sumatera dan Badak Jawa telah memiliki “rumah” masing-masing, ternyata badak Jawa dan Sumatera harus segera dicarikan “rumah baru” sebagai habitatnya. Hal ini sebagai langkah mitigasi. Pertama, untuk Badak Jawa, kondisi habitatnya di Taman Nasional UjungKulon sangat rentan dengan bencana alam karena berdekatan lokasinya dengan Gunung Krakatau,yang apabila meletus maka akan menghancurkan habitat Badak Jawa (dikutip dari Arnold Sitompul, Direktur Konservasi WWF Indonesia). Kedua, untuk Badak Sumatera dibutuhkan upaya penyelamatan karena adanya kebakaran lahan, perkebunan, penebangan ilegal dan perburuan.

Guna mendukung langkah mitigasi “rumah baru” tersebut, dibutuhkan langkah-langkahkonkret, terutama langkah persiapan. Langkah persiapan merupakan tahapan krusial dimana dilakukan riset lokasi yang sesuai untuk badak sesuai persyaratan kehidupan penunjang kebutuhan hidup sang badak. Riset lokasi dapat dibantu melalui pemetaan wilayah kesesuaian badak Jawa danBadak Sumatera di Indonesia, yang melibatkan pakar-pakar dari bidang geografi, biologi, ataupunbidang yang berkaitan lainnya. Oleh karenanya diperlukan dukungan tidak hanya dari lembaga non-pemerintah yang berkecimpung di penyelamatan badak, seperti WWF, tetapi juga dari pemerintah daerah maupun pusat hingga pihak universitas selaku tridarma. 

Tentu, untuk mendapatkan hasil riset yang berkualitas perlu adanya sumber data primer dan data sekunder yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sumber data yang dikumpulkan berupa syarat hidup badak (variabel misalnya ketinggian, kelerengan, banyak sumber air, makanan) dan fakta di lapangan (daerah yang dipetakan). Hasil riset dapat dikategorikan tiga, yaitu wilayah yang sesuai, cukup sesuai,dan tidak sesuai untuk rumah baru sang badak. Hasil riset dari pemetaan wilayah kesesuaian badak Jawa dan Badak Sumatera ini kemudian direalisasikan sebagai “rumah badak baru” sesuai fakta dilapangan guna menunjang program kelestarian badak sebagai warisan dunia (world heritage).

Selamat hari badak internasional! Semoga dukungan untuk badak terus bertambah dan langkah konkret untuk “rumah badak yang nyaman” dapat terlaksana dengan baik. Amin!


Sumber:

- http://www.hijauku.com/2015/09/20/badak-indonesia-kritis-perlu-habitat-baru/ (diakses 24 September 2015 pukul 21:44 WIB)
- http://www.wwf.or.id/program/spesies/badak_sumatera/ (diakses 24 September 2015 pukul 21:47 WIB)

- http://www.satwa.net/514/mengenal-badak-jawa-ciri-ciri-habitat-populasi-badak-jawa.html (diakses 24 September 2015 pukul 21:53 WIB)

- http://alamendah.org/2010/03/14/badak-sumatera-dicerorhinus-sumatrensis-diambang-punah/ (diakses 24 September 2015 pukul 21:55 WIB)

Comments

Popular posts from this blog

Ringkasan Buku "The Power of Concentration: 20 Bahasa Kekuatan Konsentrasi"

Minggu, 8 Agutus 2019 Ringkasan   buku “The Power of Concentration: 20 Bahasa Kekuatan Konsentrasi” Penerbit RUMPUN. Oleh: Theron Q.Dumont. Kekuatan konsentrasi ada yang konstruktif (+) & destruktif (-). Kebiasaan adalah pencapaian mental. Keberhasilan adalah buah dari pola pikir. Ketangkasan otak menentukan hasil; kalau menunda orang lain menggantikan sehingga “kesempatan hilang”. Apabila membesarkan hati orang, maka akan terlihat sifat baik yang akan kembali ke diri kita masing-masing. KONSENTRASI PENUH akan menghubungkan Anda dengan pikiran Tuhan, Anda tidak lagi akan memiliki keterbatsan. Semakin tinggi konsentrasi, maka akan semakin tinggi kesempatan = sukses à mengatur diri dan memusatkan pikiran. Orang yang mampu berkonsentrasi adalah orang yang sibuk & bahagia. Latihan konsentrasi terbaik ialah menyimak dengan seksama orang yang berbicara. Cinta akan meningkatan kondisi fisik, social dan mental. Berbicaralah dengan pelan dan jelas. Dasa

Peta Tematik Tanah dan Klasifikasi Kemampuan Lahan di United Emirates Arab (UAE)

Judul Asli: “Soil Thematic Map and Land Capability Classification of Dubai Emirates” oleh Hussein Harahsheh, Mohamed Mashroom, Yousef Marzouqi, Eman Al Khatib, B.R.M. Rao, dan M.A. Fyzee (Penerbit Springer 2013 , diterjemahkan dari buku asli “Developments in Soil Classification, Land Use Planning and Policy Implications”) ABSTRAK Tanah di Dubai dipetakan menggunakan penginderaan jauh berupa data satelit (IRS-P6 LISS IV) pada skala 1:25.000 dan diklasifikasikan menjadi seri tanah bertingkat, dan diasosiasikan sebagai Kunci Taksonomi Tanah USDA-NRCS. Dari jumlah 26 seri yanah yang telah diidentifikasi di UAE, ada 13 teridentifikasi di area Hatta. Secara umum tanah bertekstur kasar, berpasir, tinggi zat kapur (calcareous) dan paling tidak berkembang. Di area pantai dan area dataran rendah dan depresi, tanah tinggi salin (mengandung garam); di pedalaman, tanah mengandung salin maupun sodic ( tanah yang mengandung ion natrium berlebih ) . Karakteristik area Hatta adalah berpengunungan

Pertanian Presisi dan SIG

Apa itu Pertanian presisi? Secara prinsip, pertanian tersebut mempertimbangkan hasil dari optimalisasi pengolahan data dan informasi dari berbagai input data maupun teknologi, yang mana juga memasukkan input guna menghargai lingkungan. Dalam mencapai pertanian presisi dapat dipergunakan teknologi-teknologi canggih untuk memperkaya input, seperti foto udara, citra satelit, hasil perekaman drone atau sensor, bahkan kecerdasan buatan. Namun, walaupun terlihat rumit dari sisi pengolahan data, disederhanakan hasilnya untuk keperluan petani.   Menariknya, sepertinya bisa dikembangkan lebih jauh dengan bantuan Sistem Informasi Geografi (SIG) tetapi memerlukan data-data yang lebih banyak dan tentu saja, akurat. Data tersebut sebagai berikut.   1.    Data cuaca setempat & iklim (suhu, curah hujan, arah angin/windrose, dsb, kelembaban) 2.    Data kondisi tanah 3.    Data sumber air untuk pengairan/irigasi 4.    Data potensi hama dan penyakit tanaman, termasuk organisme pengganggu tanaman (OP