BAGIAN I. (BAB 1-3; Bab1.Jembatan Susan Boyle; Bab 2.Intangibles: Ruh Usaha Anda; Bab 3. Myelin). Buku “MYELIN” oleh Rhenald Kasali (0-127 halaman)
https://ebooks.gramedia.com/id/buku/myelin
Kita memiliki brain memory, dan muscle memory. Buku ini membahas pendalaman mengenai muscle memory, khususnya MYELIN—lapisan yang membungkus mata rangtai jaringan syaraf, yang berperan meningkatkan daya pancar, kecepatan dan keakurasian sinyal yang dikirim.
Cara kerja Myelin: (1)dibentuk karena melakukan hal berulang-ulang; (2)universal; (3)sekali terbungkus sulit dilepas, kecuali dengan membentuk kebiasaan baru hingga kebiasaan lama terkalahkan; (4)Myelin terbentuk hingga kita berusia 50 tahun.
Kita memerlukan 10.000 jam untuk mendapatkan keahlian setara kelas dunia
(Rumus: DEEP PRACTICE x 10.000 HOURS = WORLD CLASS SKILL –Daniel Coyle).
KUNCI: BRAIN MEMORY + INTANGIBLE SKILL + MYELIN
*Brain memory= terbentuk karena pengetahuan
*Intangible Skill = keterampilan tak kasat mata, sebagai contoh (1) di WIKA KONSTRUKSI: eterampilan/keahlian, budaya disiplin, intrapreneuring, teknologi & Knowledge; (2)di BLUE BIRD: tata nilai (disiplin, jujur), teamwork, teknologi, brand image; (3) BANK MANDIRI: tata nilai, kebiasaan bekerja, brand image, keterampilan karyawan, kepercayaan; (4) ISS: tata nilai, skill, integrity, teamwork, emphaty.
*Muscle memory= terbentuk karena latihan.
Catatan:
apabila ditarik untuk PNS, tidak mengherankan pada usia 40 tahun biasanya merupakan masa-masa berjaya. Karena myelin terbentuk hingga umur 50 tahun, dan perhitungan saya apabila meluangkan waktu 5 jam sehari berlatih 1 skill (yang mana latihan membentuk muscle memory, yaitu MYELIN), maka dari umur terutama usia kepala 3 atau sebelumnya, dalam jangka waktu 10 tahun akan mendapatkan keahlian setara kelas dunia.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAGIAN II ada 5 bab (Budaya Disiplin, Intrapreneruship, Knowledge Management, Value Creation, Disiplin Ekspansi)
“Kehebatan bisa muncul dari melakukan hal yang sama dengan cara yang berbeda.”—Booker T. Washington.
“Ada harga yang harus dibayar untuk tumbuh, harga itu adalah KOMITMEN”—Ed Cole.
“Effective leadership is putting first things first. Effective management is discipline, carrying it out.” –Stephen Covey.
“Setiap orang punya bakat. Yang jarang dimiliki adalah keberanian untuk mengantarkan bakat itu melewati lorong-lorong gelap penuh disiplin”—Erica Jong.
******MYELIN dalam BUDAYA HIDUP.******
Untuk mendapatkan MYELIN diperlukan latihan mendalam, berulang-ulang sampai bergerak otomatis sempurna. Caranya dengan disiplin. Perlu lebih dari sekedar individual discipline, tetapi collective discipline—yang mana perlu culture of discipline. “Banyak perusahaan memiliki budaya, beberapa punya disiplin. Tetapi yang punya budaya disiplin sedikit,” Jim Collins. Dengan budaya disiplin, inovasi akan bergerak otomatis. DISIPLIN BUKAN BEBAN MELAINKAN KEBUTUHAN.
BUDAYA DISIPLIN terdiri dari Waktu, Proses/Kerja, Kualitas, Hubungan/komunikasi, Hasil. Jika memiliki SDM disipli, tak perlu hirarki. Jika memiliki pemikiran yang disiplin, tak perlu birokrasi. Dengan adanya AKSI DISIPLIN tak perlu kontrol berlebihan. Kombinasi budaya disiplin dengan etos kewirausahaan merupakan ramuan Ajaib untuk mencapai kinerja yang hebat.
Disiplin adalah intangible. Budaya disiplin akan menghasilkan perusahaan-perusahaan yang hebat, dan menjelma menjadi negara yang kuat.
Beberapa contoh:
1. 1. Negara Jepang
Pasca pengeboman Hiroshima-Nagasaki, kesadaran nasionalisme Jepang tumbuh. Jepang ingin terbaik disegala bidang, termasuk bisnis. Oleh karenanya dibentuk standarisasi, yaitu JSA (Japanesse Standard Association) di sektor industri pada tahun 1945—yang disadari pentingnya standar suatu produk. Sistem Quality Control pertama kali diperkenalkan Nippon Electric Company. Jepang, tak menutup diri, melalui inovasi (open inovasi) mengundang pakar dari US, yang akhirnya mengemukakan PDCA (Plan-Do-Check-Action) cycle. Hasilnya, mengangumkan—pada tahun 1960, PM Jepang, Hayato Ikeda mengajukan pendapatan nasional meningkat dalam jangka waktuu 10 tahun, yang ternyata kemudian dapat terlampui. Dalam waktu relatif singkat, Jepang menjadi raksasa dunia. Produk-produk elektronik, otomotif, dan lainnya segera menjadi trade mark, jaminan mutu dan mulai menguasai dunia. Kunci suksesnya? BUDAYA KERJA. Apabila pekerjaan tidak bisa terselesaikan dengan baik, muncul rasa malu. Pekerjaan bagi orang Jepang merupakan kebanggaan.
Dalam perusahaan otomotif Toyota, ada yang disebut 14 Toyota Ways, diantaranya temasuk standar kerja / (hal.149).
2. 2. Perusahaan PT. WIKA menerapkan budaya disiplin sejak bekerjasama dengan Jepang.
DISIPLIN DALAM PERENCANAAN
Jepang disiplin dari segi perencanaan tidak hanya mingguan dan bulanan,
tetapi juga harian. Tahun 1970-1980 sumberdaya manusia PT Wika hanya bergerak
berdasarkan instruksi pimpinan saja. Pembenahan sistem manajmeen baru tahujn
1980-an, yang menuju sistem pengelolaan SDM yang professional dan modern. Tahun
1982, diperkenalkan portofolio organisasi dengan menggunakan pendekatan
perusahaan kelas dunia, BCG/Boston Consulting Group. Pihak BCG memperkenalkan
sistem Manajement by Objective (MBO) dengan Key Result Area (KRA). Pada 1990-an
unit personalia dianggap semakin strategis, dan kemudain 1992 unit ini bertransformasi
menjadi HRD (Human Resource Development). Pendekatan yang WIKA gunakan adalah
CB HMAS (Competency-Based Human Asset Management System) sebagai basis
pengembangan SDM-nya.
BUDAYA 5S (Seiri, Seiton, Seisou, Seiketsu, Shitsuke) perusahaan Jepang à 5R (Ringkas, Rapih, Resik, Rawat, Rajin) perusahaan WIKA.
Komitmen, tidak hanya datang dari puncak pimpinan WIKA, tetapi juga seluruh jajaran WIKA. Commitment, Innovation, Balance, Excellence, Relationship, Teamwork, Integrity. Perlu kedisiplinan untuk menjaga komitmen. Disiplin bukanlah masalah genetik atau keturunan—tetapi masalah kebiasaan.
“Kebiasaan yang terus diulangi, dipantau dan diperbaiki sesuai dengan perubahan lingkungan akan meningkat menjadi kebiasaan dalam bekerja”.
“Ketekunan dianggap sebagai otot-otot pikiran atau otak”
DISIPLIN MENTAL—teori sebelum abad ke-20, mengacu Plato & Aristosteles. Bisa karena terbiasa. Otot-otot fisik bisa kuat apabila dilatih secara bertahap dan terus-menerus dengan porsi memadai, demikian pula otot-otot pikiran (seperti, ingatan, kemauan, akal budi/reason, dan ketekunan). Pola disiplin mental berlaku untuk mengolah skill seseorang. Kita adalah yang kita kerjakan berulang-ulang, karena itu KEUNGGULAN bukanlah suatu perbuatan, melainkan KEBIASAAN.
“Budaya Disiplin yang kuat merupakan salah satu intangibles yang berharga yang akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan”—Ferry A. Soetikno.
“Advance adalah sebuah prinsip yang mengedepankan sikap untuk menjadi ungggul.”
“Bagi perusahaan yang ingin maju dan unggul, sikap professional harus diwujudkan dalam segala aktivitas”.
“Kekuatan intangibles itu bukan lahir begitu saja, tetapi harus dibentuk secara disiplin, konsisten dan terus-menerus”.
Comments
Post a Comment