Ketika hujan mengguyur perbukitan yang telah gundul, dan air berlomba membawa tanah turun ke sungai, banyak dari kita menyebutnya bencana: erosi. Tanah longsor, banjir, sedimentasi. Tapi benarkah erosi adalah musuh? Ataukah ia hanyalah suara pelan dari bumi yang berkata, “Lihatlah aku. Aku butuh kamu menanami kembali.” Dalam ilmu geografi dan konservasi, erosi adalah proses alami—air, angin, atau es menggerus partikel tanah dan memindahkannya ke tempat lain. Tapi erosi yang liar dan merusak biasanya terjadi karena satu hal: hilangnya vegetasi. Akar-akarlah yang selama ini mengikat bumi agar tak tercerai-berai. Dan saat manusia menebangnya tanpa kendali, tanah pun merespons: ia pergi. Dalam pandangan ekologi, kita belajar bahwa bumi punya carrying capacity , daya dukung. Saat manusia memaksakan lebih dari itu—lahan dibuka tanpa henti, sawah dipaksa panen terus menerus, bukit dikikis demi jalan tol—maka bumi mencari cara untuk menyeimbangkan ulang. Erosi pun menjadi bagian dari meka...