Skip to main content

Posts

Showing posts from 2025

Erosi: Alarm Alam dan Sekolah Bumi

Ketika hujan mengguyur perbukitan yang telah gundul, dan air berlomba membawa tanah turun ke sungai, banyak dari kita menyebutnya bencana: erosi. Tanah longsor, banjir, sedimentasi. Tapi benarkah erosi adalah musuh? Ataukah ia hanyalah suara pelan dari bumi yang berkata, “Lihatlah aku. Aku butuh kamu menanami kembali.” Dalam ilmu geografi dan konservasi, erosi adalah proses alami—air, angin, atau es menggerus partikel tanah dan memindahkannya ke tempat lain. Tapi erosi yang liar dan merusak biasanya terjadi karena satu hal: hilangnya vegetasi. Akar-akarlah yang selama ini mengikat bumi agar tak tercerai-berai. Dan saat manusia menebangnya tanpa kendali, tanah pun merespons: ia pergi. Dalam pandangan ekologi, kita belajar bahwa bumi punya carrying capacity , daya dukung. Saat manusia memaksakan lebih dari itu—lahan dibuka tanpa henti, sawah dipaksa panen terus menerus, bukit dikikis demi jalan tol—maka bumi mencari cara untuk menyeimbangkan ulang. Erosi pun menjadi bagian dari meka...

Tentang Erosi

Dulu aku belajar erosi dan konservasi (MK EKT), sepertinya di Geografi UI saat S1. Tapi tidak terlalu mendalam. Menyesal karena ternyata erosi hebat dapat menyebabkan kehancuran ekologis dan hilangnya suatu peradaban. Ada buku teks yang berarti dan membuka mataku. Aku baru membacanya.  Hulu-tengah-hilir. Ini merupakan kajian yang sangat urgent.  Mudah-mudahan aku bisa menyelesaikannya. NB: Buku text "Soil Conservation" oleh Stallings (1959); dan "Ecology and Quality of Our Environment " oleh Southwick (1976)--dibahas dalam 1 kalimat bahwa Mesopotamia pernah runtuh karenanya --> buku hal.11 paling bawah: "Konservasi Tanah dan Air oleh Sinatala Arsyad (2010).